Semua orang tahu
akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah
surut dan tampaknya semakin menjadi budaya bagi sebagian masyarakat. Hal ini
dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, dan
bahkan tempat-tempat umum termasuk rumah sakit.
Sudah tahukah
Anda bahwa merokok itu sangat berbahaya bagi ibu-ibu yang sedang berbadan dua
alias hamil? Data terbaru menyebutkan bahwa 31,4 persen penduduk Indonesia merokok
secara aktif dan 4,83 persen diantaranya adalah wanita.
Di dalam asap
rokok terdapat zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya
sebagai pembunuh utama adalah nikotin yang bersifat adiktif, dan tar yang
bersifat karsinogenik. Racun ini timbul akibat pembakaran tembakau.
Pada awalnya
rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin masuk ke dalam
sirkulasi darah hanya 25 persen atau sekitar 2 – 5 mg. Walau hanya sedikit
tetapi dalam kurang dari 15 detik bahan tersebut sampai ke otak yaitu sebagai
pusat saraf kehidupan.
Nikotin yang
diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur
imbalan dan jalur adenergik. Pada jalur imbalan, nikotin memberi efek rasa
nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang,
daya pikir terasa seakan lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.
Sementara jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada
bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin
menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan untuk mencari rokok lagi
atau bahasa umumnya disebut kecanduan.
Bagi wanita
hamil, asap rokok sangat mengganggu proses kehamilan. Saluran plasenta
merupakan nyawa utama kehidupan bayi, karena saluran ini akan menyediakan
oksigen dan nutrisi untuk tumbuh kembang janin. Setiap sedotan asap rokok akan
meningkatkan kadar monoksida dalam aliran darah yang bersifat toxic. Zat ini
akan menggantikan oksigen dalam darah, sehingga pasokan oksigen yang disalurkan
melalui plasenta akan berkurang. Nikotin dalam rokok akan meningkatkan detak
jantung ibu dan bayi. Nikotin juga menyebabkan penyempatan pembuluh darah yang
berakibat menurunkan aliran darah ke saluran plasenta. Untuk persiapan
pernapasan setelah kelahiran, bayi yang belum lahir akan berlatih menggunakan
otot dada. Nikotin akan menurunkan latihan pergerakan pernapasan ini.
Jadi
kombinasi antara karbon monoksida dan nikotin membuat bayi kesulitan untuk
mendapatkan oksigen dan zat gizi yang dibutuhkan, meningkatkan tekanan jantung
yang sebenarnya tidak diperlukan sehingga kemungkinan akan membuat ciri /
kelainan untuk bayi di saat dia dewasa. Disamping itu, mengkonsumsi rokok untuk
wanita hamil dapat melemahkan kekuatan dinding uterus.
Beberapa problem
lain yang disebabkan oleh merokok selama hamil dan sesudah melahirkan adalah :
- Perokok cenderung mempunyai risiko mengalami keguguran, jadi perlu dicurigai jika ada wanita yang mendadak keguguran tanpa sebab, kemungkinan sebelumnya dia pernah menjadi perokok, bisa aktif maupun pasif.
- Perokok akan mengalami kesulitan atau komplikasi pada saat proses melahirkan
- kecenderungan untuk mempunyai bayi dengan berat badan rendah pada ibu perokok sangat tinggi. Bayi dengan berat badan rendah akan lebih rentan terserang infeksi
- merokok pada saat hami meningkatkan kemungkinan bayi sekarat pada saat atau sesudah bayi dilahirkan
- ibu merokok kemungkinan menjadi salah satu faktor risiko Sudden Death Syndrome (SIDS, otcot death)
- sesudah bayi lahir, racun yang dihisap ibu perokok akan dialirkan melalui ASI dan menuju ke bayi.
- bayi dan ibu perokok akan lebih mudah terserang asma dan penyakit infeksi saliran pernapasan lainnya dibandingkan dengan bayi dan ibu non perokok.
Dengan memberi
ASI pada bayi berarti ibu mulai memberikan kehidupan bagi bayi karena pada 6
bulan pertama ASI merupakan satu-satunya nutrisi yang utama untuk bagi. ASI
juga akan membantu melindungi bayi melawan infeksi. Selaku ibu, menyusi
diharapkan untuk mengendalikan lingkungan bagi dari asap rokok termasuk juga
konsumsi alkohol. ASI yang semula melindungi bayi dari infeksi, tetapi setelah
terkontaminasi dengan nikotin bisa jadi ASI tersebut menjadi racun bagi bayi
itu sendiri. Bayi memiliki volume paru-paru yang lebih kecil dibanding
paru-paru dewasa. Dengan demikian efek nikotin dan rokok pasif akan semakin
besar.
Oleh karena itu,
sedini mungkin marilah kita menghindarkan diri dari asap rokok, baik secara
aktif maupun secara pasif. Karena keduanya sama-sama membahayakan kesehatan.
Kita tidak mau putra-putri keturunan
kita menderita akibat kelalaian kita dalam menjaga kesehatan. Kita tidak ingin
anak kita cacat seumur hidup karena terserang penyakit di usia muda karena
kebodohan kita. Hentikan segera, sekarang dan selamanya.
Tidaklah lama
kita memperbaiki kesehatan diri jika kita memulai untuk menghentikan kebiasaan
merokok, meskipun separah apapun kecanduan kita pada rokok itu. Seorang pecandu
yang berhenti merokok dua hari berturut turut, kemampuan untuk mengecap dan
menghirup akan membaik. Kalau berhenti merokok dua sampai 12 minggu, sirkulasi
darah akan membaik. Orang yang terus berhenti merokok tiga sampai sembilan
bulan, batuk, gangguan pernapasan akan menghilang, perokok yang sudah lima
tahun berhenti merokok maka risiko terkena penyakit jantung koroner akan turun
50 persen, dan 10 tahun tidak merokok kemungkinan itu menjadi sama dengan orang
yang tidak merokok sama sekali.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Artikel Sukma
Dewi A. Mahasiswa Jurusan Biologi Angkatan 2005 FMIPA UM
Post a Comment