Tak disangka hewan selucu itu ternyata dapat menimbulkan bencana. Banyak kabar beredar bahwa kucing dapat membawa Toxoplasma dan bisa menyebabkan penyakit Toxoplasmosis. Yaitu penyakit yang sering menyerang ibu hamil yang mengakibatkan cacat atau kelainaan pada janin.
Namun, apakah benar Toxoplasma dibawa dan ditularkan oleh si imut dan lucu itu? Mari kita selidiki bersama, jangan sampai kita membuat kabar
burung ini berujung adu domba dan akhirnya mengkambing hitamkan si kucing, wah, semua nama hewan disebut-sebutin nih..
Inilah klasifikasi Toxoplasma gondii
Kerajaan:
|
Protista
|
Filum:
|
Apicomplexa
|
Kelas:
|
Conoidasida
|
Upakelas:
|
Coccidiasina
|
Ordo:
|
Eucoccidiorida
|
Famili:
|
Sarcocystidae
|
Genus:
|
Toxoplasma
|
Spesies:
|
T. gondii
|
Dalam penelitian, disimpulkan seekor kucing yang terserang
toxoplasmosis akan mengeluarkan telur (disebut ookista) toxoplasma.
Ookista ini keluar dari tubuh kucing yang sakit bersama kotorannya (feses).
Jadi perlu diluruskan hanya kucing sakit akibat terserang toxoplamosis saja yang kotorannya
mengandung berjuta-juta telur toxoplasma. Sedangkan yang tidak terjangkit, ya relatif tidak menyebarkan penyakit ini.
Ookista yang ada dalam kotoran kucing
yang mengering akan terbang tertiup angin dan kemudian menempel pada rumput,
daun, buah, batu, kayu, tanah dan tempat-tempat lain. Bisa juga pada saat turun
hujan, aliran air yang mengandung ookista akan menyebar ke segala penjuru.
Ookista ini pada umumnya mampu bertahan hidup hingga 18
bulan dalam tanah sebelum dia mendapatkan tempat yang cocok untuk
berkembangbiak. (Wah lama juga tuh). Kemudian hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, kerbau juga
burung dan tikus yang memakan rumput, daun, buah, air atau apa saja yang
tercemar oleh telur toxoplasma. Disinilah awal mula toxoplasosis beraksi.
Dalam tubuh hewan selain kucing, ookista akan berubah bentuk
menjadi kista yang mampu bertahan di dalam jaringan tubuh. Penularan pada
manusia bisa terjadi lewat 3 cara, yaitu melalui plasenta dari ibu hamil pada
janin yang dikandungnya. Tertular secara langsung akibat ookista secara tidak
sengaja seperti melalui penggunaan air yang tercemar ookista melalui kegiatan
mandi maupun mencuci, selanjutnya bisa tertular secara tidak langsung karena
memakan daging hewan terjangkit toxoplasma yang tidak dimasak secara sempurna.
Bagaimana kucing bisa tertular toxoplasma? Kucing dapat
tertular akibat memakan hewan mangsanya yang tercemar toxoplasma. Anak kucing
dapat pula tertular sejak lahir / dalam kandungan dari induk yang terinfeksi. Dari gambaran
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada 4 hal yaitu: kucing yang
terjangkit toxoplasma hanyalah kucing yang terinfeksi toxoplasmosis.
Telur-telur toxoplasma hanya dikeluarkan bersama kotoran kucing penderita. Jadi
tidak benar anggapan yang menyebutkan bulu kucing menularkan toxoplasma,
kecuali pada rambut kucing itu menempel kotoran yang mengandung telur
toxoplasma. Tetapi mungkin bulu yang
berterbangan akan sangat mengganggu bagi kita yang memiliki kecenderungan
alergi. Kucing rumahan yang mendapat makanan dan minuman bersih dan higienis
serta kebersihan lingkungan yang terjamin sangat kecil kemungkinan terserang
toxoplasmosis. Dalam hal ini kucing liar lah yang berpotensi besar menularkan
toxoplasma.Sedangkan, mengapa harus kucing yang menjadi biang keladi saya masih belum menemukan jawabannya. Mungkin saja si kucing memiliki tubuh yang nyaman dan tabiatnya yang lucu, baik dan ramah buat semua makhluk.
Toxoplasmosis pada manusia, tidak ditularkan dari manusia ke
manusia lain melalui kontak fisik. Tetapi, pertama melalui plasenta ibu ke
janin yang dikandungnya, kedua manusia tersebut makan makanan yang terjangkit
ookista toxoplasma.
Apa bahayanya toxoplasma bagi manusia?
- Bagi ibu hamil terutama pada trisemester pertama dan kedua yang sudah terinfeksi toxoplasmosis, kemungkinan jika terjadi pada janis berusia kurang dari 6 bulan akan mengakibatkan neonatal congenital toxoplasmosis (gangguan pada sistem saraf pusat), dan yang lebih parah bisa menyebabkan keguguran. Pemeriksaan dan pengobatan secara dini harus dilakukan agar penularan melalui janin dapat diminimalkan.
- bagi penderita toxoplasmosis yang terlahir normal tetapi terinfeksi di masa pertumbuhannya biasanya akan mengalami cacat secara fisik maupun mental. Ini ditandai dengan adanya kelainan pada saraf mata, kelainan sistemik seperti wajah yang tampak selalu pucat, kuning, demam tidak menentu, pembesaran hati dan limpa, pendarahan organ, gangguan fungsi saraf yang dapat mengakibatkan kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara, kejang (step) dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan perkembangan motorik, cacat bawaan, terutama bia terjadi pada usia kehamilan awal sampai 3 bulan, Encephalus (tidak memiliki tulang tengkorak), Hydrocephalus (pembesaran kepala karena adanya cairan asing), dan terakhir ditutup oleh kematian.
- toxoplasmosis pada dasarnya tidak bisa diobati apabila toxoplasma terlanjut menjangkit tubuh inangnya termasuk manusia, tetapi yang bisa dilakukan adalah mencegah penularannya sejak dini. Mengenali penyakit ini dan mengamati sumber penularannya akan sangat membantu mencegah penularan toxoplasma. Seseorang bisa survive dari penyakit ini apabila memiliki kekebalan tubuh yang sangat baik dan selalu menjaga kebersihan dan kelayakan makanan yang dikonsumsinya.
Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk
melindungi diri dari infeksi toxoplasma.
- Rutin melakukan kontrol ke dokter spesialis terutama jika sedang hamil.
- hindari kontak langsung dengan kotoran hewan peliharaan termasuk kucing dan yang lainnya. Sebaiknya gunakan sarung tangan dan pelindung hidung jika sedang membersihkan kotoran.
- Setelah melakukan bersih-bersih, jangan langsung makan, cucilah tangan dengan sabun. Kebiasaan seperti ini sangat efektif untuk mencegah penularan toxoplasma dan penyakit-penyakit lainnya.
- setelah kontak dengan daging mentah atau setengah matang, jangan langsung memegang mata,, hidung, atau mulut. Cucilah tangan terlebih dahulu.
- biasakan mencuci sayur dan buah dengan air matang sebelum dikonsumsi.
- hindari mengkonsumsi daging setengah matang, terutama daging kambing dan babi. Bila memasak sate atau steik, pastikan benar-benar matang (bagian tengah daging tidak berwarna merah dan tidak mengeluarkan darah) lebih baik lagi kalau sebelum dibakar daging direbus dahulu.
- Jika sedang menyimpan persediaan daging, simpanlah di mesin pendingin pada suhu minus 20 derajat celcius selama 2 hari. Suhu ekstrim ini dapat menghambat pertumbuhan parasit toxoplasma untuk hidup dan berkembang biak.
- jika memelihara kucing atau hewan ternak lainnya, jangan memberikan makanan berupa daging mentah atau setengah matang. Berilah jenis makanan yang sudah dimasak dan kalau bisa jenis-jenis makanan kalengan (yang sudah dikeringkan). Ini cara yang cukup baik mencegah toxoplasma masuk ke dalam pencernaan hewan kesayangan kita.
- Hal yang paling penting, bersihkan kandang dan tubuh hewan peliharaan secara rutin. Jika perlu periksakan hewan tersebut ke dokter hewan disekitar tempat tinggal Anda
Demikian info dan tips tentang toxoplasma. Jadi jangan takut
memelihara kucing, si imut yang manis itu (termasuk hewan-hewan peliharaan
lainnya) bisa dijadikan sebagai teman bermain pelepas penat kita asalkan kita
benar-benar merawatnya.
Post a Comment