Latihan Tes CPNS 2014

MEMBANGUN PARADIGMA PENDIDIKAN DIMENSI PENDIDIK - ANAK

|| || || Leave a comments


BAGIAN – 1

SETIAP ANAK ITU UNIK
http://shirleyayresconsulting.co.uk/wp-content/uploads/2010/09/Smiling-Children-iStock_000005155982Large1.jpg


Dalam artikel ini, Saya akan berbagi sebuah pemikiran tentang bagaimana cara membangun sebuah paradigma dalam pendidikan. Seiring berjalannya waktu pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan penyesuaian. Hal ini dimaksudkan agar  penyelenggaraan pendidikan dapat terlaksana dengan ideal. Namun, perlu diingat bahwa tujuan pendidikan hanyalah satu, sesuai dengan cita-cita atau tujuan bangsa yang diamanatkan dalam konstitusi UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.Titik.

Pendidikan tidak main-main dalam menghasilkan produk insan yang bermutu. Tidak sedikit prestasi yang telah ditorehkan oleh anak bangsa di berbagai disiplin ilmu dan tingkat area tertentu. Tetapi, tidak sedikit pula sebagian dari mereka keluar jalur dengan hasil yang diluar yang diharapkan, sering kita judge dengan istilah kenakalan remaja seperti pudarnya nilai dan norma, seks bebas, penyalahgunaan narkoba dan lain sebagainya. 

Untuk itu perlu suatu “pembangunan” paradigma, bukan hanya sekedar “perubahan” paradigma, karena didalam pembangunan tersebut akan muncul suatu perubahan. Perubahan tidak bias terjadi secara instan, melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang dengan konsep yang mapan serta pelaksana yang professional.

 Untuk bagian pertama, Saya mengambil tema “Setiap Anak itu Unik”. Analogika ini saya rasa cocok untuk dijadikan sebuah fondasi awal dari pembangunan paradigma pendidikan. Setiap anak itu unik. Berbagai macam karakter yang berbeda dimiliki oleh anak satu dengan anak yang lain, kembar sekalipun.

Perlu untuk diketahui kita sebagai pendidik itu harus menungkapkan sesuatu dengan memposisikan diri sebagai anak. Karena kita pernah menjadi mereka, dan mereka belum pernah menjadi kita. Kita tidak bias memaksakan diri mereka dengan apa yang ada di pikiran kita. Karena jelas, mereka tidak akan pernah memahami apa yang kitan inginkan.

Dalam pendidikan era global ini, dasar fondasi pembangunan paradigma yang menurut saya salah adalah menyajikan pertanyaan “Mereka mau jadi apa kelak?”, Saya teringat dimasa kecil dahulu saya sering ditanya oleh orang yang lebih dewasa dari saya, “Kamu kalau besar nanti mau jadi apa Nak? “. 

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSDY4LwMp_G4GrNKceECudcQuGshrhh-u6EXQZ7wQEGXKSSHdsJ

Aku ingin jadi Apa?


Tentu saya akan berpikir sejenak membayangkan sesuatu tentang profesi orang dewasa. Spontan saya menjawab, “Aku ingin menjadi Dokter, atau insinyur, presiden, pengusaha sukses”, atau karena saya sedikit pandai merangkai kata-kata, saya akan menjawabnya dengan “Saya ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama”.



Pertanyaan naluriah seperti ini mungkin menurut kita benar, karena kita menganggap seolah-olah mereka sudah memiliki daya imajinasi positif dan punya perspektif kedepan. Tetapi sekali lagi, itu adalah hanya dalam PEMIKIRAN KITA, bukan MEREKA. SEJATINYA mereka belum memiliki pemikiran apa-apa tentang hal itu, yang diucapkan adalah sebatas yang dia lihat.


Marilah kita resapi penggalan Puisi dari Kahli Gibran berikut.

… mereka terlahir karena engkau tapi bukan darimu, … pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu, karena mereka memiliki pikiran sendiri.

Jadi marilah kita mulai bangun pendidikan dengan “konsep diri” yaitu prinsip “saling belajar mengkondisikan diri”, baik kita sebagai pendidik dan si anak sebagai siswa, kita mulai dari belajar mengamati, belajar menganalisa, belajar  mempersiapkan, belajar mensugesti, dan belajar mengarahkan anak dan terakhir kita biarkan mereka memposisikan dirinya sendiri melalui proses pengawasan dan evaluasi. Konsep diri ini akan melahirkan insane-insan yang PEKA dimana sekarang ini tanpa kita sadari rasa tersebut mulai memudar. Kepekaan inilah yang akan membawa anak menuju suatu kebaikan bagi dirinya sendiri, orang terdekat, masyarakat, bangsa, dan Negara. Penjelasan tentang konsep diri dan Peka silakan baca di artikel lainnya.

Pribadi yang unik artinya tidak bisa disamakan. Meskipun sebagai pendidik di suatu ruangan katakanlah kelas, kita tidak bisa menyampaikan pesan-pesan pendidikan dengan cara berkhotbah atau berceramah. Kembali lagi anak itu unik, dan mereka tidak bisa memposisikan sebagai kita. Berikanlah mereka kesempatan mengenali pesan kita dengan caranya sendiri. Kitalah yang HARUS menjadi mereka, dan mereka HARUS menjadi mereka sendiri. 

Keunikan anak meliputi bakat, minat, kemampuan dan kreatifitas. Semua keunikan ini sebenarnya bisa dikenali dan diukur. Diantaranya pengukuran kecerdasan. Para pakar psikologi telah mencetuskan berbagai macam teori tentang pribadi unik, diantaranya adalah teori kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), spiritual (SQ). Satu lagi pakar yang bernama Howard Gardner telah mencetuskan teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) yang menganggap seseorang memiliki kecerdasan yang lebih dari satu sesuai dengan keunikannya masing-masing. Penjelasannya mengenai teori-teori kecerdasan bisa disimak disini.

ARTIKEL TERKAIT

BAGIAN II - BELAJAR ITU MENYENANGKAN BUKAN MENEGANGKAN
 

/[ 0 comments Untuk Artikel MEMBANGUN PARADIGMA PENDIDIKAN DIMENSI PENDIDIK - ANAK]\

Post a Comment