1 Oktober 2013 - Tanggal 1 Oktober setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari kesaktian Pancasila. Namun, sudah tahukah kita setiap kali kita memperingati hari tersebut apa makna besar yang dapat kita resapi tentang perjuangan mempertahankan kedaulatan bangsa. Informasi yang simpang siur masih bergulir, dan hingga saat ini belum ditemukan benang merah yang sebenarnya.
Dewasa ini banyak yang mulai melupakan bahkan mengganggap biasa saja tentang hari-hari bersejarah. Marilah belajar menghargai sejarah. Terutama generasi muda para pelajar penerus tonggak kemajuan bangsa. "Meskipun ajarah tidak masuk dalam agenda Ujian Nasional".
Bukanlah peringatannya yang perlu kita perhatikan tetapi amalan apa yang dapat kita perbuat berdasarkan pengalaman sejarah yang telah berlalu agar perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita tidak berakhir sia-sia. Berikut akan dijelaskan secara jelas tentang Kesaktian Pancasila.
SEJARAH
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok reliji terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jendral dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Sesuai namanya, G30S terjadi pada 30 September 1965 malam hari. Versi Orde Baru, sekelompok pasukan yang diidentifikasikan sebagai Cakrabirawa (pengawal istana presiden) melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior Angkatan Darat. Tiga di antaranya, Ahmad Yani, DI Panjaitan, dan MT Haryono terbunuh di tempat, sedangkan jenderal-jenderal lain (Soeprapto, S. Parman, dan Sutoyo Siswomiharjo) dibawa dalam keadaan hidup.
Sejatinya, jenderal TNI Abdul Haris Nasution, merupakan salah satu target utama dalam pemberontakan tersebut. Beliau selamat dari tindakan penculikan tersebut. Namun, putri Nasution dan sang ajudan Pierre Tendean, menjadi korban keganasan pasukan yang masuk ke rumah sang jenderal. Pierre Tendean sendiri keliru diidentifikasi sebagai Nasution; sehingga turut dibawa pasukan penculik.
Para jenderal yang masih hidup, kemudian sempat mengalami penyiksaan sedemikian rupa. Sebelum akhirnya, korban-korban tersebut dimasukkan ke sebuah lubang dan ditutup di atasnya dengan pohon pisang, di wilayah Lubang Buaya.
Pasca pembunuhan tersebut, pemberontak —disebutkan sebagai PKI— berhasil menguasai Studio RRI dan Kantor Telekomunikasi. Via RRI, Letkol Untung menyatakan terbentuknya Dewan Revolusi yang telah menghentikan upaya ‘Dewan Jenderal’ -dilabelkan pada jenderal TNI AD– yang hendak melakukan kudeta pada pemerintah.
Sementara itu, Suharto, yang meski jenderal, tetapi tidak tercantum dalam daftar tokoh yang harus dibunuh pemberontak, mendapatkan momentum. Ia memegang komando, melakukan beberapa strategi penting, untuk kemudian berhasil merebut kembali Jakarta dari pasukan pemberontak. Dalam sehari, tanpa memuntahkan peluru, upaya ‘Dewan Revolusi’ dipatahkan.
Kemudian, 1 Oktober 1965 malam hari pukul 20.15 WIB, Dinas Penerangan AD melalui RRI menyatakan, telah terjadi gerakan kontra revolosui yang menculik enam jenderal. Namun, situasi sudah diatasi, pimpinan AD ada di tangan Soeharto, presiden Soekarno dan Nasution dalam keadaan aman.
Selamatnya Indonesia dari pemberontakan inilah yang kemudian menandai Hari Kesaktian Pancasila, yang diperingati pada 1 Oktober setiap tahunnya. Namun, hingga saat ini ada berbagai versi tentang G30S sendiri. Siapa dalangnya, apa motifnya, dan sebagainya. Silakan Anda membaca artikel atau buku-buku sejarah dan marilah kita nilai mana yang menurut kita benar. Karena sampai sekarang fakta sejarah belum mampu mengungkapnya.
PANCASILA
Masih dapatkah kita menyebutkan 5 Sila pada Pancasila secara berurutan? Jika masih bisa berarti kita masih lolos dalam kriteria Cinta Tanah Air.
PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
AMANAT HARI KESAKTIAN PANCASILA
Apakah amanat yang tersirat dari peringatan Hari Kesaktian Pancasila.
1. Makna Kerukunan
Sebagai warga negara Indonesia marilah kita mengesampingkan ego dan kepentingan pribadi masing-masing. Perbedaan pasti ada disetiap lini kehidupan. Baik agama, ras dan sebagainya. Alangkah indahnya jika perbedaan ini menjadi alasan kita untuk bersatu tanpa harus melukai, merendahkan, melecehkan orang lain. Dengan adanya kerukunan, Indonesia akan semakin kompak dan tujuan bersama dapat segera terwujud.
2. Makna Perjuangan
Di kehidupan ini tidak ada sesuatu yang instan. Semua perlu proses dan proses tersebut memerlukan perjuangan. Perjuangan dilakukan dengan sepenuh hati, tanpa adanya tekanan kepentingan. Sehingga apa yang diperjuangkan tidak berakhir sia-sia.
3. Makna Idealisme
Idealisme adalah cara memandang secara utuh untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia, idealisme Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah satu-satunya opsi dan bersifat harga mati. Tidak ada opsi-opsi lain yang diterima yang menawarkan tendensi-tendensi tertentu yang justru dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Demikianlah artikel tentang Hari Kesaktian Pancasila. Semoga dapat diambil hikmah dan manfaatnya. Terima kasih.
Post a Comment